Mahasiswayang sudah resah dengan kondisi Indonesia mengawali gerakan demonstrasi terhadap pemerintahan Suharto, dan didukung oleh masyarakat. Akhirnya Suharto berhasil diturunkan dan digantikan dengan B.J Habibie. Dengan demikian dapat dipahami jika yang bukan faktor reformasi adalah d. Krisis masyarakat. Penulis Dr. Syahriyah Semaun, SE., MM. (Ketua Prodi Akuntansi Syariah) OPINI — Krisis ekonomi global akibat wabah virus Corona atau pandemi Covid-19, kegiatan logistik, pariwisata dan perdagangan merupakan sektor yang memperoleh dampak besar dari wabah virus Corona.Hal ini diakibatkan larangan sejumlah pemerintah untuk melakukan perjalanan ke luar negeri dan penutupan beberapa sektor Bisniscom, JAKARTA - Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman menyampaikan dampak dari kasus gagal bayar Evergrande yang terjadi di China tidak akan besar terhadap perekonomian global. "Dampaknya tidak akan besar karena faktor interlinkage yang lebih terbatas dengan sektor keuangan global," katanya kepada Bisnis, Kamis (23/9/2021).. Faisal menjelaskan, krisis Evergrande ini memang dapat Akhirtahun 2008 dunia dikejutkan dengan terjadinya krisis global dan merupakan shock eksternal yang ditengarai sebagai krisis terbesar setelah great depression tahun 1912 dan berpotensi memberikan dampak yang besar terhadap perekonomian dunia. Secara global krisis telah menyebabkan kejatuhan harga jual komoditi serta nilai asset property dan Berikutjawaban yang paling benar dari pertanyaan: Yang bukan factor pengaruh krisis ekonomi global adalah. Langsung ke isi. Ppdb Riau Yang Bukan Factor Pengaruh Krisis Ekonomi Global Adalah? Mei 30, 2022 oleh reza sinta. Yang bukan factor pengaruh krisis ekonomi global adalah? Kemandirian kerja; Kemiskinan; Keterbelakangan; Pengangguran Vay Tiền TráșŁ GĂłp Theo ThĂĄng Chỉ Cáș§n Cmnd. Minggu ini, di saat para menteri beserta gubernur bank-bank sentral G20 sedang berkumpul di Bali, mereka menghadapi prospek ekonomi global yang telah meredup secara signifikan. Terakhir kalinya G20 bertemu bulan April lalu, IMF baru saja memangkas perkiraan pertumbuhan globalnya menjadi 3,6 persen untuk tahun ini dan selanjutnya—dan kami pun memperingatkan bahwa kondisi bisa memburuk mengingat adanya potensi risiko penurunan. Saat ini, beberapa risiko tersebut telah terwujud. Berbagai krisis yang dihadapi dunia pun semakin intens. Tragedi kemanusiaan dari perang di Ukraina semakin parah. Demikian pula dengan dampak ekonominya, terutama guncangan harga komoditas yang memperlambat pertumbuhan dan memperburuk krisis biaya hidup yang mempengaruhi ratusan juta orang—terutama orang miskin yang tidak mampu menghidupi keluarga mereka. Situasi ini hanya akan memburuk. Tingkat inflasi lebih tinggi dari yang diprakirakan, bahkan meluas ke sektor selain pangan dan energi. Hal ini telah mendorong bank-bank sentral utama untuk mengumumkan pengetatan moneter lebih lanjut sebagai hal yang amat diperlukan, tetapi akan membebani upaya-upaya pemulihan. Disrupsi terkait pandemi yang terus berlanjut, terutama di Tiongkok, dan hambatan-hambatan baru pada rantai pasokan global menghambat aktivitas ekonomi. Akibatnya, indikator terbaru menyiratkan kuartal kedua yang lemah—dan kami akan memproyeksikan penurunan lebih lanjut bagi pertumbuhan global tahun 2022 dan 2023 dalam World Economic Outlook Update kami yang akan keluar di bulan ini. Tentu, prospek ekonomi tersebut memang amat tidak pasti. Bayangkan, adanya gangguan lanjutan dalam pasokan gas alam ke Eropa dapat menjerumuskan perekonomian banyak negara ke dalam resesi dan memicu krisis energi global. Ini hanyalah salah satu faktor yang dapat memperburuk situasi yang sudah sulit. 2022 akan menjadi tahun yang menantang—dan 2023 kemungkinan akan lebih berat dengan bertambahnya risiko resesi. Karena itulah, kita perlu tindakan tegas dan kerja sama internasional yang kuat, dipimpin oleh G20. Laporan baru kami untuk G20 menguraikan kebijakan yang dapat digunakan negara untuk mengarungi lautan permasalahan ini. Ada tiga prioritas yang saya soroti. Pertama, negara harus mengerahkan segala upaya untuk menurunkan tingkat inflasi yang tinggi Mengapa? Karena tingkat inflasi yang tinggi secara terus-menerus dapat menenggelamkan upaya pemulihan dan semakin merusak standar hidup, terutama bagi masyarakat rentan. Inflasi telah mencapai level tertinggi selama beberapa dekade di banyak negara, dengan inflasi IHK headline inflation dan inti core inflation yang terus meningkat Gambar 1. Hal ini telah memicu siklus pengetatan moneter yang semakin tersinkronisasi 75 bank sentral—atau sekitar tiga perempat dari bank sentral yang kami pantau—telah menaikkan suku bunga sejak Juli 2021, dan mereka telah melakukannya rata-rata 3,8 kali. Untuk negara emerging dan berkembang, di mana kebijakan suku bunga tersebut dinaikkan dengan lebih cepat, total peningkatan rata-rata adalah 2,3 poin persentase—hampir dua kali lipat negara maju, yaitu 1,7 poin persentase. Sebagian besar bank sentral perlu terus memperketat kebijakan moneter secara tegas. Ini sangat mendesak untuk dilakukan, terutama di negara dengan ekspektasi inflasi yang mulai mengalami de-anchor yaitu perubahan harga-harga dalam jangka pendek mempengaruhi ekspektasi inflasi jangka panjang. Tanpa adanya tindakan, negara-negara ini dapat menghadapi spiral kerusakan upah-harga yang akan membutuhkan pengetatan moneter lebih kuat, dengan dampak yang lebih besar lagi terhadap pertumbuhan dan lapangan kerja. Bertindak sekarang juga tidak akan semenyakitkan jika terlambat bertindak. Yang tidak kalah pentingnya yaitu komunikasi yang jelas tentang kebijakan ini, untuk menjaga kredibilitas kebijakan karena besarnya risiko penurunan downside. Misalnya, kejutan inflasi yang berkelanjutan akan memerlukan pengetatan moneter yang lebih tajam di luar perkiraan pasar, dan berpotensi menyebabkan volatilitas dan aksi penjualan sell-off lanjutan di pasar aktiva berisiko maupun pasar obligasi negara. Hal ini kemudian dapat mendorong arus keluar modal dari negara-negara emerging dan berkembang. Apresiasi dolar AS bertepatan dengan arus keluar portofolio dari pasar negara emerging mereka mengalami arus keluar selama empat bulan berturut-turut pada bulan Juni, dan ini merupakan yang terpanjang dalam tujuh tahun. Hal ini kian menambah tekanan pada negara-negara yang rentan. Jika guncangan eksternal begitu mengganggu sehingga tidak dapat diserap oleh nilai tukar yang fleksibel belaka, pembuat kebijakan harus siap untuk bertindak. Misalnya melalui intervensi valuta asing atau langkah-langkah manajemen aliran modal dalam skenario krisis, demi membantu ekspektasi anchor anchor expectations. Selain itu, diperlukan tindakan dini untuk mengurangi ketergantungan akan pinjaman mata uang asing di mana tingkat utangnya tinggi. Untuk membantu respons negara-negara dalam kondisi demikian, kami baru-baru ini memperbarui pandangan institusional IMF tentang isu ini. IMF juga ditingkatkan untuk melayani para negara anggota dengan cara lain, termasuk memberikan nasihat tentang pengelolaan aset cadangan dan bantuan teknis untuk memperkuat komunikasi bank sentral. Tujuannya adalah untuk mengantarkan semua orang dengan aman dalam menyeberangi siklus pengetatan ini. Kedua, kebijakan fiskal harus membantu—dan tidak menghalangi—upaya bank sentral untuk menurunkan inflasi Negara-negara yang menghadapi tingkat utang tinggi juga perlu memperketat kebijakan fiskal mereka. Hal ini akan membantu mengurangi beban pinjaman yang semakin mahal dan—secara bersamaan—mendukung upaya moneter untuk menjinakkan inflasi. Di negara-negara di mana pemulihan dari pandemi lebih maju, pengalihan dukungan fiskal luar biasa akan membantu mengurangi permintaan dan dengan demikian mengurangi tekanan harga. Namun itu baru sepotong dari cerita keseluruhan. Beberapa masyarakat akan membutuhkan tambahan dukungan, bukan pengurangan. Hal ini membutuhkan langkah-langkah yang ditargetkan dan bersifat sementara untuk mendukung rumah tangga yang rentan menghadapi guncangan-guncangan baru, terutama terkait harga energi atau pangan yang tinggi. Dalam situasi ini, bantuan langsung tunai terbukti efektif dibandingkan dengan subsidi distorsif atau pengontrolan harga, yang biasanya gagal mengurangi biaya hidup secara berkelanjutan. Pada jangka menengah, reformasi struktural juga penting untuk mendorong pertumbuhan. Pikirkan mengenai kebijakan pasar tenaga kerja yang dapat membantu masyarakat bergabung dengan angkatan kerja, terutama bagi perempuan. Langkah-langkah baru harus netral terhadap anggaran, artinya, didanai melalui pendapatan baru atau pengurangan pengeluaran di tempat lain tanpa menimbulkan utang baru dan menghindari untuk bertentangan dengan kebijakan moneter. Era baru dengan tingginya utang hingga memecahkan rekor, juga tingginya tingkat suku bunga, membuat semua hal tersebut semakin penting. Mengurangi utang sekarang menjadi kebutuhan mendesak—terutama di negara dan ekonomi emerging yang memiliki kewajiban dalam mata uang asing forex yang lebih rentan terhadap pengetatan kondisi keuangan global, dan di mana biaya pinjaman melonjak. Imbal hasil obligasi forex negara telah mencapai lebih dari 10 persen di sekitar sepertiga negara emerging, mendekati level tertinggi yang terakhir terlihat setelah krisis keuangan global. Negara-negara emerging dengan ketergantungan lebih besar pada pinjaman domestik, misalnya di Asia, telah lebih terisolasi dari dampaknya. Namun, perluasan tekanan inflasi dan kebutuhan untuk mengetatkan kebijakan moneter domestik secara lebih cepat dapat mengubah perhitungan tersebut. Situasinya semakin parah bagi perekonomian yang hampir—atau berada dalam—kesulitan utang, termasuk 30 persen negara-negara pasar emerging dan 60 persen negara-negara berpenghasilan rendah. Sekali lagi, IMF ada untuk para anggotanya dengan menawarkan saran dan analisis sesuai kebutuhan, serta kerangka pinjaman yang lebih luwes untuk mendukung untuk mendukung negara-negara di saat krisis. Hal ini termasuk pembiayaan darurat, peningkatan batas akses, likuiditas dan jalur kredit baru, serta alokasi SDR tahun lalu sebesar $650 miliar yang pertama kali dalam sejarah . Di luar upaya tersebut, sangat mendesak untuk adanya tindakan yang tegas dari seluruh pihak yang berkepentingan untuk meningkatkan dan menerapkan Kerangka Kerja Umum G20 G20 Common Framework untuk perlakuan pinjaman. Pemberi pinjaman skala besar—baik yang negara maupun swasta—perlu meningkatkan peran mereka. Waktu tidaklah berpihak pada kita. Sangat penting bagi komite kreditur Chad, Ethiopia, dan Zambia untuk memberikan kemajuan sebanyak mungkin pada pertemuan mereka bulan ini. Ketiga, kita membutuhkan dorongan baru untuk kerja sama global—dipimpin oleh G20 Untuk menghindari potensi krisis dan meningkatkan pertumbuhan serta produktivitas, tindakan internasional yang lebih terkoordinasi amatlah dibutuhkan. Kuncinya adalah untuk membangun kemajuan terkini di berbagai bidang, mulai dari perpajakan dan perdagangan hingga kesiapsiagaan menghadapi pandemi dan perubahan iklim. Dana baru G20 sebesar $1,1 miliar untuk pencegahan dan kesiapsiagaan pandemi menunjukkan sesuatu yang mungkin, seperti halnya juga keberhasilan baru-baru ini di World Trade Organization. Yang paling mendesak dari semuanya adalah tindakan untuk mengurangi krisis biaya hidup, yang telah mendorong 71 juta orang tambahan di negara-negara termiskin di dunia ke dalam jurang kemiskinan ekstrem, menurut laporan United Nations Development Program me. Di saat kekhawatiran yang meningkat terhadap pasokan makanan dan energi, risiko ketidakstabilan sosial pun meningkat. Untuk menghindari kelaparan, kekurangan gizi dan migrasi lebih lanjut, negara-negara maju di dunia harus memberikan dukungan mendesak bagi mereka yang membutuhkan, termasuk dengan pembiayaan bilateral dan multilateral baru, terutama melalui World Food Programme. Sebagai langkah segera, negara-negara perlu membatalkan pembatasan yang diberlakukan baru-baru ini terkait ekspor makanan. Mengapa? Karena pembatasan semacam itu berbahaya dan tidak efektif dalam menstabilkan harga domestik. Langkah-langkah lebih lanjut juga diperlukan untuk memperkuat rantai pasokan dan membantu negara-negara rentan untuk mengadaptasi produksi pangan dalam rangka mengatasi perubahan iklim. Di sini, IMF juga siap membantu. Kami bekerja sama dengan para mitra internasional, termasuk melalui inisiatif baru mengenai ketahanan pangan multilateral . Selain itu, Resilience and Sustainability Trust kami yang baru akan menyediakan $45 miliar dalam pembiayaan lunak concessional financing untuk negara-negara yang rentan—dengan tujuan mengatasi tantangan jangka panjang seperti perubahan iklim dan pandemi di masa yang akan datang. Dan kami siap untuk berbuat lebih banyak. Kondisi yang teramat pelik di berbagai negara Afrika saat ini amatlah penting untuk dipertimbangkan. Dalam pertemuan saya dengan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral dari benua tersebut minggu ini, banyak yang menyoroti efek dari kejutan-kejutan yang sepenuhnya eksternal, yang telah mendorong ekonomi mereka ke ambang batas. Efek dari harga pangan yang lebih tinggi amat dirasakan masyarakat, karena makanan merupakan bagian terbesar dari pendapatan mereka. Tekanan inflasi, fiskal, utang dan neraca pembayaran semuanya mengalami peningkatan. Sebagian besar negara sekarang benar-benar tertutup dari pasar keuangan global; dan, tidak seperti daerah lain, mereka tidak memiliki pasar domestik yang besar untuk dituju. Dengan latar belakang masalah tersebut, mereka menyerukan kepada masyarakat internasional untuk mengambil langkah-langkah berani untuk mendukung rakyat mereka. Ini adalah panggilan yang perlu kita perhatikan. Di saat G20 bertemu untuk menghadapi lautan masalah’ ini, kita semua bisa mengambil hikmah dari peribahasa Bali yang mencerminkan semangat yang kita perlukan sekarang—menyama braya, “kita semua sanak saudara.” ***** Kristalina Georgieva biografi dalam link Jakarta - Krisis global telah menyeret dampak ke semua negara, tak terkecuali Indonesia meski pada skala yang berbeda-beda. Indikasi krisis global sebenarnya sudah bisa diendus sejak tahun laporan dari "Outlook Ekonomi Indonesia 2009-2014" yang dirilis Bank Indonesia, Rabu 15/4/2009. Laporan BI tersebut menjelaskan, pada 9 Agustus 2007, BNP Paribas Prancis telah menyatakan ketidaksanggupannya untuk mencairkan sekuritas yang terkait dengan subprime mortgage dari AS. Pernyataan BNP Paribas tersebut merupakan bibit-bibit terjadinya krisis yang selanjutnya meluar dan menjadi krisis likuiditas terburuk di berbagai belahan dunia. Subprime mortgage merupakan istilah untuk kredit perumahan mortgage yang diberikan kepada debitor dengan sejarah kredit yang buruk atau belum memiliki sejarah kredit sama sekali, sehingga digolongkan sebagai kredit yang berisiko tinggi. Penyaluran subprime mortgage di AS mengalami peningkatan pesat yakni sebesar US$ 200 miliar pada 2002 menjadi US$ 500 miliar pada subprime mortgage inilah yang menjadi awal terciptanya krisis, namun sebenarnya jumlahnya relatif kecil dibandingkan keseluruhan kerugian yang pada akhirnya dialami oleh perekonomian secara keseluruhan. Kerugian besar yang terjadi sebenarnya bersumber dari praktik pengemasan subprime mortgage tersebut ke dalam berbagai bentuk sekuritas lain, yang kemudian diperdagangkan di pasar finansial tahap pertama, sekuritisasi dilaksanakan terhadap sejumlah subprime mortgage sehingga menjadi sekuritas yang disebut mortgage-backed securities MBS. Dalam sistem keuangan modern, praktik sekuritisasi MBS ini merupakan suatu hal yang telah lazim, dan bahkan pada tahun 2006 jumlah kredit perumahan di AS mortgage yang disekuritisasi menjadi MBS telah mencapai hampir 60% dari seluruh outstanding kredit perumahan. Proses sekuritisasi ini melibatkan pihak ketiga baik institusi pemerintah antara lain lembaga Fannie Mae dan Freddie Mac maupun swasta. Dalam proses sekuritisasi ini, pihak ketiga seringkali melakukan pengemasan dengan melakukan penggabungan sejumlah mortgage, yang selanjutnya dijual kepada investor yang berminat. Untuk menanggulangi risiko gagal bayar default, maka pihak ketiga ini sekaligus bertindak sebagai sekuritisasi mortgage ini ternyata tidak berhenti sampai di sini. Melalui rekayasa keuangan financial engineering yang kompleks, MBS kemudian diresekuritisasi lagi menjadi jenis sekuritas yang dikenal sebagai Collateralised Debt Obligations CDOs. Sejalan dengan jumlah MBS yang terus meningkat, persentase jumlah MBS yang diresekuritisasi menjadi CDOs juga mengalami peningkatan pesat. Dalam skala global, total penerbitan CDOs pada 2006 telah melebihi US$ 500 milar, dengan separuhnya didominasi oleh CDOs yang bersumber dari tahun 2004 total penerbitan CDOs global baru berada pada level sekitar US$ 150 miliar. Selain dalam bentuk CDOs, MBS juga diresekuritisasi dalam beberapa bentuk sekuritas lain yang sudah sulit dilacak bentuk maupun jumlahnya, diantaranya sekuritas SIV Structured Investment Vehicles. Maraknya perdagangan CDOs di pasar global juga dipengaruhi hasil rating yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga pemeringkat internasional, yang cenderung underpricing terhadap risiko dari produk-produk derivatif di oleh perubahan arah kebijakan moneter AS yang mulai berubah menjadi ketat memasuki pertengahan 2004, tren peningkatan suku bunga mulai terjadi dan terus berlangsung sampai dengan 2006. Kondisi ini pada akhirnya memberi pukulan berat pada pasar perumahan AS, yang ditandai dengan banyaknya debitur yang mengalami gagal bayar. Gelombang gagal bayar yang terjadi bersamaan dengan jatuhnya harga rumah di AS, akhirnya menyeret semua investor maupun lembaga yang terlibat dalam penjaminan ke dalam persoalan likuiditas yang sangat besar. Salah satu yang terkena dampak buruk dan harus bangkrut diantaranya adalah Lehman Brothers. Raksasa-raksasa finansial tak ada satupun yang bisa lari dari dampak buruk krisis rentetan kejadian setelah pernyataan tidak sanggup bayar dari BNP Paribas, yang sekaligus menandai perjalanan krisis terburuk sejak perang dunia II 2007Agustus BNP Paribas tidak sanggup mencairkan sekuritas yang terkait dengan subprime mortgage di AS. The Fed dan ECB memompa likuditas ke pasar masing-masing US$ 24 miliar dan hampir 95 miliar euro. The Fed menurunkan suku bunga menjadi 4,75%.Oktober Kerugian besar dialami bank maupun lembaga keuangan seperti UBS Bank Swiss, Citibank, dan Merryl Lynch. Bank of England BOE melakukan injeksi likuiditas sebesar 10 miliar poundsterling akibat penarikan uang besar-besaran bank run. The Fed kembali menurunkan suku bunga 25 bps menjadi 4,5%.Desember The Fed mengambil langkah memompa likuiditas melalui kerjasama dengan lima bank sentral lain, yaitu Bank of Canada, BOE, Bank of Japan, ECB, dan Swiss National Bank. The Fed memangkas suku bunga 25 bps menjadi 4,25%.Tahun 2008Januari-Maret Pasar saham global berjatuhan, terendah sejak September 2001. The Fed kembali memangkas suku bunganya dalam 3 bulan sebanyak 200 bps menjadi 2,25% dan terus melakukan injeksi likuiditas. Bear Stearns, salah satu dari lima bank investasi terbesar di AS, terpaksa diakuisisi oleh rivalnya JP Morgan Chase, menyusul kerugian besar yang Pemerintah AS memutuskan untuk menyelamatkan Fannie Mae dan Freddie Mac, yang menjadi progam bailout terbesar dalam sejarah AS selama ini. Lehman Brothers dinyatakan bangkrut, menjadikannya sebagai bank investasi besar pertama yang benar-benar mengalami kolaps sejak terjadinya krisis. American International Group AIG, perusahaan asuransi terbesar di AS, juga diambang kebrangkutan. The Fed memutuskan untuk memberikan bailout sebesar US$ 85 miliar. Dampak krisis keuangan telah semakin berimbas ke sektor riil, seperti tercermin dari turunnya angka penjualan eceran dan meningkatnya pengangguran di AS dan berbagai negara Intensitas krisis ke seluruh dunia semakin meningkat, dipicu oleh kebangkrutan Lehman Brothers. Flight to quality memicu outflows yang menyebabkan melemahnya nilai tukar. Pemerintah AS akhirnya mengumumkan paket penyelamatan sektor finansial sebesar US$ 700 miliar, Inggris mengumumkan paket penyelamatan perbankan sedikitnya sebesar 50 miliar poundsterling. Jerman menyediakan bantuan sebesar 50 miliar poundsterling untuk menyelamatkan Hypo Real Estate Bank. Tindakan tersebut juga ditambah aksi bersama penurunan suku bunga sebesar 0,5% dengan lima bank sentral lain yaitu ECB, BoE, Bank of Canada, Swedia, dan Tiga negara yaitu Ukraina, Pakistan, dan Eslandia menerima bantuan finansial dari IMF, disusul oleh Hongaria dan Belarusia. AS secara resmi dinyatakan berada dalam kondisi resesi oleh Economic Research National Bureau of NBER. The Fed terus menurunkan suku bunga hingga mencapai level 0,25%, yang merupakan level terendah dalam 2009Januari-Februari Angka pengangguran di AS pada bulan Desember 2008 tercatat sebesar 7,2%, yang merupakan angka tertinggi dalam 16 tahun terakhir. Ekspor Cina dilaporkan mengalami penurunan terbesar dalam satu dekade terakhir. Inggris secara resmi dinyatakan berada dalam kondisi resesi. Senat AS akhirnya menyetujui paket penyelamatan ekonomi senilai US$ 838 miliar. Pada bulan yang sama, US Treasury mengumumkan paket penyelamatan bank senilai US$ 1,5 triliun. qom/ir Jakarta - Apa yang terjadi di AS dan Eropa, krisis finansial yang cukup dahsyat, sejatinya tidak terlalu mengejutkan. Krisis merupakan ciri utama sistem kapitalisme. Market failure, terjadi kesalahan fatal dalam pengaturan pasar hingga timbul krisis. Sebuah Fasad akibat kemunkaran di bidang garis besar, krisis finansial global tersebut memiliki 3 akar masalah penting, Pertama Disfungsi uang yang tidak hanya sebagai alat tukar saja, melainkan juga menjadi komoditi yang diperdagangkan bursa valuta asing kemudian ditarik bunga pada setiap transaksi pinjam atau Ekonomi perjudian dan identik dengan spekulasi seperti halnya dalam perdagangan bursa saham dan produk keuangan derivatnya. Ketiga Pemberlakuan uang kertas dan mata uang disuatu Negara terikat dengan Negara nominanya tidak sama dengan nilai instrinsiknya sehingga nilainya tidak pernah stabil. Ismail Yusanto, menyitir pandangan Dr. Thahir Abdul Musim menyebut bahwa Krisis ekonomi dalam sistem kapitalisme adalah bersifat siklik. Artinya, pertumbuhan ekonomi yang terjadi hanyalah putaran menuju puncak untuk kemudian jatuh ke lembah krisis kembali. Al-Waie 2007.Selain siklik, sistem ini juga bersifat merembet. Seperti krisis Thailand ketika nilai tukar mata uang Bath terjun bebas pada tahun 1997 hingga menular ke Indonesia, Hongkong, Taiwan, dan Negara-negara lain. Krisis juga pernah terjadi di Meksiko 1994, Rusia 1998, Brasil 1999, Argentina 2001, Turki 2002.Akibat krisis AS, akhirnya dataran Eropa kini pun merasakan dampaknya. Yang ternyata sektor finansial di Eropa masih kelabakan ketika terjadi krisis di tahun 2007 akibat carut marutnya sistem sederhana, kronologinya ialah dimana Bank-Bank di Negara-negara Eropa meminjami rakyat, namun rakyat kesulitan dalam melunasi, alhasil bank menjadi rugi, sehingga sistem perputaran uang turun drastis dan nyaris Keuangan, Agus Marto, memprediksi bahwa pada tahun 2012 ini krisis Eropa akan lebih buruk 30 12/11Krisis tersebut di mulai dari Yunani, disusul Irlandia dan Portugal, merembet ke Italia, Spanyol, Inggris dan Prancis. Negara-negara itu memiliki utang yang membengkak menimbulkan April 2010, IMF kemudian menggelontorkan utang. US$100 miliar paket pinjaman untuk membantu menjaga Yunani 10/05/10, US$85 miliar untuk Irlandia, dan US$75 untuk Yunani kemudian kelabakan, mengingat di tahun 2007 hingga 2010 sempat menyabet peringkat pertama dengan pertumbuhan ekonomi terbesar di dataran Eropa dengan tingkat pertumbuhan sebesar 4,7 persen. Seperti yang diberitakan 23/02/11, Pemerintah Yunani memperkirakan pertumbuhan ekonomi turun 3% di tahun tak perlu tertipu dengan angka-angka statistik, pertumbuhan ekonomi dalam sistem kapitalisme itu bersifat semu. Praksis, Orientasi negara-negara penganut kapitalisme adalah pertumbuhan ekonomi, padahal faktanya tidak memiliki implikasi berarti untuk kemakmuran rakyat. Tak ada kolerasinya dengan kesejahteraan pertumbuhan ekonomi tinggi, namun distribusi atas pendapatan amat menganga. Menurut M. Umar Capra, pertumbuhan ekonomi yang tinggi mendorong peningkatan pendapatan golongan kaya dan menyebabkan kesenjangan semakin lebar M. Umar Capra, Islam dan Tantangan Ekonomi, Islam and Economic Challenge, Gema Insani Press 2007Taqiyyudin An-Nabhaniy menjelaskan, pertumbuhan ekonomi dijadikan prinsip dasar adalah keliru dan tidak sesuai dengan realitas, serta tidak akan menyebabkan meningkatnya taraf hidup dan kemakmuran bagi setiap individu secara ekonomi pemerintah ini menitikberatkan pada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan manusia secara kolektif yang dicerminkan dengan pertumbuhan ekonomi suatu pemecahan permasalahan ekonomi terfokus pada barang dan jasa yang dapat dihasilkan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi, bukan pada individu pembahasan ekonomi yang krusial untuk dipecahkan terfokus pada masalah peningkatan produksi. An-Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif, Risalah Gusti Press.Asian MiracleAsian Miracle keajaiban Asia ternyata hanya menipu. Beristilahkan Bubble Economy kata Paul Krugman. Kegiatan ekonomi yang hanya membentuk sektor non real, baik dalam bentuk perbankan, asuransi maupun bursa saham yang sarat dengan riba dan judi. Fakta membuktikan investasi di sektor non real tetap meninggi, jauh melampaui uang di sektor tampak eleghant ketika bisa disebut terhindar dari krisis 2008. Tapi sebagaimana menurut ekonom Rizal Ramli, dinamika krisis ekonomi 2008 itu bukannya membentuk kurva V melainkan kurva W. Di kurva W bisa dilihat bahwa ada krisis baru lagi yang akan terjadi sebelum recovery economy tuntas. "Indonesia pasti akan kena. Pondasi ekonomi Indonesia saat ini tidak sehebat yang dibayangkan". Kata BI, Darmin Nasution juga menyebut, ekonomi Indonesia lambat laun akan terkena pengaruh krisis utang yang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa. Pengaruh ini bisa terlihat pada kinerja ekonomi tahun Darwin, Terdapat 3 jalur transmisi bagi pengaruh krisis utang, yakni jalur perdagangan atau trade channel, jalur pasar keuangan, dan jalur imported inflation. 30/11/11Benarlah kata Darwin, semisal jalur perdagangan, struktur ekspor AS dan Eropa adalah pasar utama produk-produk Indonesia. Sekitar 20 persen dari total ekspor Indonesia diarahkan ke Negeri Paman Sam, dan 30 persen ke industri tekstil dan produk tekstil yang pasar utamanya ke AS sudah mengeluh, karena banyak permintaan dari pembeli untuk menjadwalkan kembali pengiriman barangnya, bahkan menunda sekali, jika ekspor menurun dan impor Indonesia tetap, akan terjadi defisit yang mau tidak mau akan menurunkan cadangan devi sa. suara merdeka.Apalah manfaatnya pertumbuhan ekonomi yang ternyata tetap menghasilkan angka kemiskinan dan pengangguran masih tinggi, BPS sendiri klaim kemiskinan turun, "menurun ke anak cucu" kata editorial Media Indonesia 05/01/12.Pun halnya menurut pengamat ekonomi, Dr. Hendri Saparini kepada MetroTV yang menyangsikan akurasi data badan statistik yang dibiayai negara IslamKrisis yang terjadi diberbagai belahan bumi adalah bukti keroposnya sistem kapitalisme, kejadian yang berulang dan berulang. Sudah waktunya kembali kejalan haq, jalan kebanaran yakni jalan umum sistem ekonomi Islam dapat memandirikan kegiatan ekonomi negara serta menghapus liberalisasi ekonomi. Ekonomi Islam dapat diterapkan secara menyeluruh hanya dalam bingkai Khilafah. Dan Implikasi dari penerapan sistem ekonomi Islam ialahPertama, Sistem ekonomi Islam dapat menata kembali sektor riil, rakyat yang menjadi pelaku pasar secara luas. Sektor nonreal tetap sulit bergerak ketika masih terkungkung dalam sistem kapitalisme. "agar harta itu jangan hanya beredar diantara orang-orang kaya diantara kamu” QS. Al-Hasyr 7Kedua, Meninggalkan pasar judi dan spekulasi seperti bursa saham. “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamr, berjudi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan" QS. Al Maidah 90Ketiga, mengfungsikan uang hanya sebatas nilai tukar saja juga untuk menjauhi praktik riba dan memberlakukan mata uang dionar dan dirham sesuai prinsip syariah Islam."Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba yang belum dipungut jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan meninggalkan sisa riba, maka ketahuilah, bahwa Allah dan rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat dari pengambilan riba, maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak pula dianiaya". QS. Al Baqarah 279]. Wallahu A’lam.*Penulis adalah Analis CIIA The Community Of Ideological Islamic AnalystAli MustofaNgruki, Cemani, Grogol, Sukoharjobengawanrise wwn/wwn - Dampak Perang Dunia I secara global menjadikan insiden ini sebagai salah satu periode terpenting dalam sejarah dunia. Lebih dari 20 puluh negara yang menguasai wilayah di enam benua mendeklarasikan perang antara 1914 dan 1918, sehingga menjadikan Perang Dunia I sebagai konflik global pertama yang juga Bom Perang Dunia I Meledak di Pesta Setelah Pernikahannya, Pengantin Ini Kehilangan Saudaranya Dampak Perang Dunia I pun melebihi konflik yang pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah. Dengan korban mencapai lebih dari 9 juta tentara, pelaut, dan penerbang, serta 5 juta warga sipil lain. Konflik ini melibatkan setidaknya 28 negara, dan menghabiskan lebih dari 186 miliar dollar AS dalam biaya langsung dan 151 miliar dollar AS biaya secara tidak langsung. Perang Dunia I juga merupakan konflik pertama yang menggunakan pesawat terbang, tank, artileri jarak jauh, kapal selam, dan gas beracun. Setidaknya 7 juta pria cacat permanen akibat terlibat dengan perang Dunia I mengubah masyarakat di seluruh Amerika Serikat, Eropa, Timur Tengah, dan Afrika sub-Sahara. Dampak perang dunia I bidang politik Perang Dunia I mungkin memiliki konsekuensi yang lebih luas daripada perang lainnya yang pernah terjadi. Secara politis, perang dunia I mengakibatkan jatuhnya empat monarki, di Rusia pada 1917, di Austria-Hongaria dan Jerman pada 1918, dan di Turki pada 1922. Baca juga Anak-Anak dalam Perang Dunia I Perang ini berkontribusi pada kebangkitan kaum Bolshevik ke kekuasaan di Rusia pada 1917 dan kemenangan fasisme Italia pada 1922. Sementara bagi negara-negara di Timur Tengah dan di Asia Tenggara, perang dunia I memicu pemberontakan terhadap kolonial. Gejolak ini berkontribusi mendorong runtuhnya kolonialisme Eropa.

yang bukan faktor pengaruh krisis ekonomi global adalah